Notifications
Budaya Bali
Makna Buda Cemeng Klawu Dalam Hindu

Makna Buda Cemeng Klawu Dalam Hindu

Pic. @ade_mahendra85 Rahina Buda Cemeng Klawu atau biasanya juga disebut dengan Buda Wage Klawu merupakan hari pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana atau juga dikenal sebagai Dewi Laksmi, yang melimpahkan kemakmuran dan kesejahteraan.⁣ ⁣ Upacara Buda Cemeng Klawu ini jatuh pada hari Rabu Wage wuku Klawu kalender Saka-Bali,yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali oleh masyarakat Hindu di Bali.⁣ ⁣ Menurut adat istiadat  umat Hindu di Bali meyakini Ida Betari Rambut Sedana/De…
Makna Rahina Tumpek Wayang

Makna Rahina Tumpek Wayang

Upacara Tumpek Wayang jatuh setiap 6 bulan (210 hari) sekali menurut kalender Bali jatuh pada Hari Sabtu / Saniscara Kliwon Wuku Wayang. Menurut tradisi di Bali, seorang anak yang lahir pada Wuku Wayang harus melukat dengan Tirta Wayang Sapuh Leger. Tumpek wayang erat kaitannya dengan cerita Rare Kumara yang ingin dimakan oleh Batara Kala, karena Rare Kumara lahir bertepatan dengan Wuku Wayang. Dalam Cerita Wayang Lakon Sapu Leger, diceritakan Dewa Kala akan memakan segala yang lahir pada …
Mengenal Makna Hari Purnama Dalam Hindu

Mengenal Makna Hari Purnama Dalam Hindu

Kata Purnama berasal dari “purna” artinya sempurna. Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah). Pemujaan saat Purnama ditujukan kehadapan Sanghyang Candra, dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecemerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widi Wasa dalam berbagai wujud Ista Dewata. Biasanya pada hari suci purnama ini disebutkan umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari pada setiap peling…
Purnama, 7 Mei Besok, PHDI Himbau Umat Untuk Nyejer Pejati Lagi

Purnama, 7 Mei Besok, PHDI Himbau Umat Untuk Nyejer Pejati Lagi

Hari Suci Purnama yang jatuh pada tanggal 7 Mei, Kamis, Pon, Sasih Jiyestha seluruh Umat Hindu di Provinsi Bali diimbau untuk melakukan persembahyangan di tempat sucinya (Merajan ataupun Sanggah, Red) masing-masing untuk memohon perlindungan, sekaligus memohon agar virus corona (Covid-19) segera hilang dari muka bumi ini. Imbauan tersebut, disampaikan secara resmi oleh Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali melalui Ketua PHDI Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana, …
Canang Segi Tiga Dari Daun Pisang Tidak Layak Di Haturkan ke Atas

Canang Segi Tiga Dari Daun Pisang Tidak Layak Di Haturkan ke Atas

Om Swastyastu ratu pandita, tiang metaken indik canang sari saking daun pisang. Napike canang sari punike patut napi ten? Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda Jawaban Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda: Kita lihat dari bentuk canangnya, kalau berbetuk segitiga atau tangkih, maka dari konsep Siwa Sidanta itu dinyatakan tidak layak dihaturkan ke atas. Karena dalam konstruksinya Siwa Sidanta, segitiga adalah simbol dunia material. Segi empat adalah konstruksi kejiwaan. Sedangk…
Makna Rerainan Kajang Kliwon

Makna Rerainan Kajang Kliwon

Saputra Wayan Rerainan Kajang Kliwon merupakan hari yang perhitungannya jatuh pada Tri Wara  yaitu Kajeng dan Panca Wara yaitu Kliwon. Pertemuan antara Kajeng dengan Kliwon, diyakini sebagai saat energi alam semesta yang memiliki unsur dualitas bertemu satu sama lainnya. Energi dalam alam semesta yang ada di Bhuwana Agung semuanya terealisasi dalam Bhuwana Alit atau tubuh manusia itu sendiri.  Rahinan Kajeng Kliwon diperingati setiap 15 hari sekali, dan dapat dibagi menjadi 3, yaitu: …
Fenomena Ngiring dan Melinggihin

Fenomena Ngiring dan Melinggihin

Ngiring demikianlah sering kita dengar belakangan di masyarakat saat ini, apakah ada yang salah dengan kata Ngiring? Tentu tidak!namun Ngiring menjadi Fenomena baru saat ini, dimana banyak orang yang katanya Ngiring. Kalau Ngiring dan menjadi Pemangku disebuah Pura, itu terdengar sangat baik. Dalam artian orang tersebut akan ngayah selantang tuwuh di Pura tersebut dan melayani umat dalam hal keagamaan di Pura tersebut. Namun belakangan banyak didapatkan orang Ngiring tidak jelas dan disert…
Penyeneng/Tehenan/Pabuat – Cara Membuat beserta Makna

Penyeneng/Tehenan/Pabuat – Cara Membuat beserta Makna

Jenis jejaitan yang di dalamnya beruang tiga masing-masing berisi beras, benang, uang, nasi aon (nasi dicampur abu gosok) dan porosan, adalah jejahitan yang berfungsi sebagai alat ntuk nuntun, menurunkan Prabhawa Hyang Widhi, agar Baliau berkenan hadir dalam upacara yang diselenggarakan. Panyeneng dibuat dengan tujuan untuk membangun hidup yang seimbang sejak dari baru lahir hingga meninggal. Yang membentuk Penyeneng: Ruang 1, berisi Nasi segau yaitu nasi dicampur dengan abu/aon …