Notifications

Fenomena Ngiring dan Melinggihin

Fenomena Ngiring dan Melinggihin

Ngiring demikianlah sering kita dengar belakangan di masyarakat saat ini, apakah ada yang salah dengan kata Ngiring? Tentu tidak!namun Ngiring menjadi Fenomena baru saat ini, dimana banyak orang yang katanya Ngiring.

Kalau Ngiring dan menjadi Pemangku disebuah Pura, itu terdengar sangat baik. Dalam artian orang tersebut akan ngayah selantang tuwuh di Pura tersebut dan melayani umat dalam hal keagamaan di Pura tersebut. Namun belakangan banyak didapatkan orang Ngiring tidak jelas dan disertai Ngelinggihin di sebuah Kamar Suci yang dibuat di rumahnya, Bhatara-Bhatara dituntun dan dilinggihin di Kamar Suci dirumahnya.

Ternyata Ngiring ini adalah salah satu produk dari Balian, karena seaeorang yang pergi ke Balian dan disana dikatakan orang tersebut harus Ngiring. Apakah salah jika Balian bilang harus ngiring? Tentu tidak dan sah sah saja!

Orang biasanya sakit nga jelas dan secara medis tidak terlihat suatu penyakit dan setelah meluasin di Balian dikatakan harus Ngiring.

Banyak juga orang Ngiring karena ikut suatu ajaran sepiritual dan oleh sang Guru dikatakan orang tersebut harus Ngiring, ini yang berbahaya! Karena ini sejenis Balian MLM, dimana fungsinya tiada lain untuk mendapatkan pengakuan terhadap sang Guru saja.

Ada juga orang Ngiring Karena mendapat pawisik atau bisikan gaib, disini biasanya rancu antara pawisik dengan keinginan hati. Sebab tidak semudah itu orang mendapatkan pawisik, sering sekali keinginan hati yang dianggap pawisik dan akhirnya memaksakan kehendak, akhirnya berguru dengan seorang Guru dan akhirnya Ngiring.

Ketika terjadi bahasa Ngiring apa yang harus dilakukan? Sebaiknya tanyakanlah ke beberapa tempat meluasin, minimal 3 tempat dan jika ketiganya muncul hasil yang sama yaitu harus Ngiring maka dapat dipercayai harus Ngiring.

Jangan sampai baru bertanya di satu tempat sudah langsung percaya, apalagi sekarang jamannya Balian MLM, Balian mencari semacam pengikut untuk mencari pengakuan. Dengan berhasil mendapatkan pengikut semakin banyak yang mengatakan Balian itu sakti dan semakin banyak mulut yang menceritakan diluar dan semakin banyak sesari yang berdatangan.

Ternyata yang terjadi kebanyakan di masyarakat, ketika dirinya dikaitkan dengan hal-hal mistik dan magis yang bersangkutan langsung meng-IYA-kan, langsung sepaham, ada juga yang sangat senang, namun ada juga yang takut karena hal itu. Bahkan ada yang langsung bertindak, mencari segala hal yang berhubungan dengan Ngiring yang akan dilakoninya.

Apakah harus takut dengan Ngiring? Tentu tidak! Jika memang hasil meluasin di beberapa tempat (minimal 3 tempat) mengatakan harus Ngiring, maka cukup meng-IYA-kan, bahwa anda siap untuk Ngiring.

Setelah anda menyanggupi untuk Ngiring apa yang harus anda lakukan? Dalam hal ini anda tidak perlu melakukan apa-apa! Cukup katakan dengan tulus ikhlas anda bersedia Ngiring dan kalau memang benar anda harus Ngiring mohonkan petunjuk ke sesuhunan yang harus di Iring (Jangan tanyakan ke Baliannya).

Contoh: Ratu Bhatara sane jagi Iring tityang, tityang sumanggem jagi Ngiring, nanging icen tityang pemargi.

Dengan demikian, jika memang benar anda harus Ngiring, maka akan ditunjukkan jalan secara perlahan. Tidak usah anda kejar dan jalankan aktifitas anda seperti biasa.

Banyak kejadian yang menjadi fenomena di masyarakat, ketika dibilang harus Ngiring, selanjutnya orang tersebut kejar kesana kemari kesaktian dan mencari benda-benda berhala untuk memenuhi persyaratan Ngiring tersebut. Nangkil ke Pura Pura setiap hari sampai lupa kewajiban terhadap keluarga dan lupa harus bekerja untuk menghidupi keluarga. Bhatara-Bhatara dituntun dan di Linggihin di Kamar Suci.

Padahal ketika kita menyanggupi saja sudah cukup, dan biarkan sesuatu hal yang berhubungan dengan Ngiring tersebut mendekat secara sendirinya dan itulah yang disebut Ketakson.

Ingatlah ketika sudah Ngelinggihin maka itu bukan hal yang main-main, bahkan konsekwensinya akan ditanggung oleh anak cucu kelak, bukan orang yang Ngelinggihin saja.

Hal yang sering terjadi ketika sudah Ngelinggihin di Kamar Suci, yang bersangkutan rajin sembahyang di Kamar Suci tersebut, mungkin dengan maksud mengasah kesaktian dan akhirnya lupa dengan keberadaan Merajan di pekarangan rumahnya, dan lupa Bersembahyang di Merajan.

Ada juga ketika sudah Ngiring dan Ngelinggihin, menganggap dirinya paling suci dan tidak boleh pergi ke rumah orang meninggal, dan akhirnya lupa bahwa hidup perlu bermasyarakat.

Janganlah hal-hal yang berhubungan dengan Agama seperti ini dijadikan mainan. Ngiring dan Ngelinggihin di kamar suci merupakan suatu hal yang seharusnya religius dan bukan sembarang orang dapat melakoninya. Janganlah mengejar hal-hal seperti ini kalau memang bukan garis tangan kita, hidup seperti layaknya kebanyakan orang akan jauh lebih nikmat, hidup bermasyarakat, ingat kewajiban terhadap keluarga, rajinlah bersembahyang di Merajan dengan tulus ikhlas, niscaya akan membawa kepada suatu ketentraman lahir dan batin.