Notifications

Obyek yang Harus Direnungkan Saat Bersembahyang

Obyek yang Harus Direnungkan Saat Bersembahyang

Sebelumnya kita harus mengungkap rahasia terbesar, Nandikeśvara berkata di dalam Śiva Purāṇa (1.4.2): Adalah sifat dari pikiran untuk selalu membayangkan sesuatu. Kemampuan pikiran untuk merenungkan, serta pertanyaan yang muncul pada pikiran mengenai keampuhan dari sebuah mantra, wujud-wujud Īśa (Tuhan), dll, sebenarnya adalah hasil dari kasih sayang-Nya yang berkenan melirik orang itu.' 

Apa obyek yang harus direnungkan saat bersembahyang? Di dalam Śiva Purāṇa (1.9.30-31), Sadāśiva bersabda kepada Brahmā & Viṣṇu: 'Aku memiliki 2 wujud, yaitu berkepribadian (berwujud) & tanpa berkepribadian (tanpa wujud). Dan tidak pernah ada makhluk agung lainnya yang akan memiliki 2 wujud seperti itu karena mereka bukanlah Īśvara (Tuhan). Anak-anak-Ku, aspek tidak berwujud-Ku diwakili oleh Lingga atau Legodbawa (pilar api / cahaya tertinggi), & aspek berwujud-Ku diwakili oleh Arcā. Dalam ke-2 wujud itu Aku memanifestasikan keesaan-Ku, & hal ini hanya ada pada-Ku, & bukan pada makhluk lain sehingga tidak ada yang berhak menyatakan diri mereka sebagai Īśatva (Maha Esa).' 

Jadi Tuhan dapat direnungkan dalam 2 wujud, yaitu: Acintya atau Lingga yang mewakili sifat abstrak-Nya (Nirguṇa). Sedangkan Arcā mewakili sifat berwujud-Nya (Saguṇa). Di Bali, saat bersembahyang kita dapat merenungkan struktur bangunan Padmāsana karena Acintya duduk diatas Padmāsana [Padmāsana adalah bangunan berbentuk kursi singgasana kosong, & kekosongan itu mewakili sifat Nirguṇa Śiva yaitu Acintya]. Kita juga dapat memusatkan pikiran pada aspek Saguṇa-Nya, seperti: Arcā, Pelawatan/Tapakan/Sesuhunan, Pratimā, Meru, dsb. 

Akṣara Suci Oṃ. 

Śiva Purāṇa (4.18.22) menyatakan praṇave caiva oṃkāranāmāsītsa sadāśivaḥ: 'Dalam Praṇava (suku kata), Sadāśiva adalah Oṃkāra'. Ini dikonfirmasi pada Śruti (Taittirīya Araṇyaka 10.21.1), śivo me astu sadāśivoṃ: 'Sadāśiva adalah Praṇava Oṃ'. 

Jadi kita dapat memusatkan pikiran pada vibrasi suara Oṃ. Śiva Purāṇa (2.10.17): 'Oṃkāra adalah petunjuk, & Aku adalah yang ditunjukkannya. Suara ini identik dengan Diri-Ku. 

Pengucapan mantra ini sama dengan membayangkan wujud rohani-Ku." 
Post a Comment