Notifications

Kesan Lontar terhadap Keseharian Masyarakat di Bali

Para leluhur Bali mempunyai beragam peninggalan, salah satunya lontar. Istilah lontar sudah dikenal masyarakat Bali dari beberapa abad lamanya. Pada zaman dulu, lontar dijadikan media menulis oleh para leluhur Bali. Selain teksturnya yang kenyal, lontar juga memiliki ketahanan sangat kuat hingga ratusan tahun lamanya.

Kesan Lontar terhadap Keseharian Bali

Lontar memiliki kesan terhadap keseharian Bali. Ada lima unsur di dalamnya, yaitu; aksara, daun lontar, tali pengikat, dan kulit bagian depan-belakang yang disebut takepan. Adapun makna tersirat dalam lontar yaitu;

  • Aksara; simbol Dharmawangsa karena orang yang mempelajari aksara akan menemukan kebenaran sejati. Dari kebenaran sejati tersebut akan muncul sifat welas asih.
  • Tali pengikat lontar; simbol Bima sebab orang yang menguasai ilmu pengetahuan supaya menjadi orang yang kuat. Tepatnya kuat dalam berfikir dan mempertahankan kebenaran dan kejujuran.
  • Daun lontar; simbol Arjuna. Dapat dikatakan bahwa simbol Arjuna adalah simbol yang paling mahir dalam menggunakan senjata. Namun senjata dalam hal tersebut yaitu aksara.
  • Takepan; kulit bagian depan disimbolkan Nakula dan bagian belakang simbol Sahadewa. Dalam simbol ini Nakula yaitu ketampanan. Artinya, orang yang mempunyai pengetahuan menjadi orang yang tampan membutuhkan ilmu pasti akan dikejar layaknya mengejar orang tampan. Sedangkan Sahadewa artinya kebijaksanaan. Dalam artian, orang yang memiliki ilmu pengetahuan pasti akan muncul nilai-nilai bijaksana pada dirinya.

Dengan demikian, penulisan aksara dalam lontar tersebut mencakup kesempurnaan. Sebab, orang yang sempurna yaitu orang yang jujur, kuat, tepat sasaran, memiliki nilai ketampanan pemikiran, dan bijaksana.

Lontar Terhadap Keseharian Bali

Lontar memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Manuskrip lontar biasanya berisi berbagai jenis pengetahuan, termasuk filosofi, hukum, dan petunjuk tentang ritual dan upacara. Oleh karena itu, lontar sering digunakan sebagai panduan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga pengobatan tradisional.

Selain itu, lontar juga berfungsi sebagai media pendidikan dan transmisi budaya. Melalui lontar, generasi muda Bali dapat mempelajari dan memahami warisan budaya mereka. Namun, dengan modernisasi dan perubahan gaya hidup, peran lontar mungkin telah berubah. Meski begitu, lontar masih dihargai sebagai bagian penting dari warisan budaya Bali.

Jenis Pengetahuan yang Ada Pada Lontar

Lontar adalah sumber pengetahuan yang sangat beragam. Berikut adalah beberapa jenis pengetahuan yang biasanya dapat ditemukan dalam lontar:

  • Agama dan Filsafat: Banyak lontar berisi teks-teks agama Hindu dan filsafat, termasuk diskusi tentang konsep-konsep seperti karma dan dharma.
  • Sejarah dan Mitologi: Beberapa lontar berisi cerita-cerita dari mitologi Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta sejarah lokal dan silsilah raja-raja Bali.
  • Hukum dan Etika: Ada juga lontar yang berisi hukum adat dan etika sosial, yang membantu mengatur kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Bali.
  • Pertanian dan Pengobatan: Beberapa lontar berisi pengetahuan praktis tentang pertanian dan pengobatan tradisional
  • Astrologi dan Ramalan: Lontar juga bisa berisi petunjuk tentang astrologi dan ramalan, yang digunakan untuk menentukan waktu yang baik untuk berbagai aktivitas dan upacara.
  • Sastra dan Puisi: Ada juga lontar yang berisi karya sastra dan puisi, termasuk kidung dan kakawin.

Jadi, lontar adalah sumber pengetahuan yang sangat beragam dan penting dalam kehidupan masyarakat Bali.

Cerita dari Lontar Bali

Ada banyak cerita dan mitos dalam lontar yang terkenal di Bali. Beberapa di antaranya adalah:

Ramayana dan Mahabharata

Kedua epos India ini sangat populer di Bali dan sering kali diceritakan dalam bentuk wayang kulit atau tari. Cerita-cerita ini berisi petualangan para ksatria, pertempuran epik, dan ajaran moral.

Calon Arang

Menceritakan tentang seorang penyihir jahat bernama Calon Arang yang menggunakan ilmu hitam untuk membalas dendam pada masyarakat yang menolak putrinya. Cerita ini berakhir dengan pertempuran antara Calon Arang dan seorang pendeta bernama Empu Baradah.

Smara Dahana

Cerita ini menceritakan tentang cinta tragis antara Dewa Siwa dan Dewi Sati. Ketika Sati membakar dirinya sendiri dalam api, Siwa menjadi marah dan menghancurkan tempat itu dengan tanduk rusa.

Bhatara Kala

Ini adalah cerita tentang asal-usul Bhatara Kala, dewa waktu dan kehancuran. Menurut cerita, Bhatara Kala lahir dari percikan api yang keluar dari mata Dewa Siwa saat ia meditasi.

Jayaprana dan Layonsari

Ini adalah cerita tragis tentang dua kekasih, Jayaprana dan Layonsari, yang dipisahkan oleh iri hati dan tipu muslihat.

Cerita-cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung ajaran moral dan filosofis.

 

 

Post a Comment