Notifikasi

Loading…

Destinasi Tersembunyi di Indonesia yang Masih Jarang Dikunjungi

Destinasi tersembunyi yang indah dan belum ramai dikunjungi di Indonesia

Pendahuluan: Keindahan yang Tersembunyi di Pelosok Nusantara

Panorama alam terpencil di Indonesia yang masih alami dan jarang dijamah wisatawan

Lebih dari Sekadar Bali dan Lombok

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang menyimpan kekayaan alam luar biasa. Dari ujung barat Sabang hingga ujung timur Merauke, setiap pulau memiliki pesonanya masing-masing. Namun sayangnya, sebagian besar wisatawan hanya fokus pada destinasi yang sudah terkenal seperti Bali, Yogyakarta, atau Lombok. Padahal, ada banyak tempat di Indonesia yang keindahannya tak kalah memukau, namun belum banyak dijamah oleh wisatawan.

Destinasi tersembunyi ini sering kali berada di pelosok, jauh dari pusat kota, dan membutuhkan sedikit usaha ekstra untuk mencapainya. Namun di balik usaha tersebut, tersimpan keindahan yang autentik, keheningan yang menenangkan, dan pengalaman yang benar-benar orisinal. Tidak ada keramaian, tidak ada antrean panjang, hanya kamu dan alam yang berbicara.

Menjelajahi tempat-tempat seperti ini tidak hanya menyenangkan secara visual, tetapi juga memperkaya jiwa. Kamu akan bertemu dengan masyarakat lokal yang masih memegang tradisi turun-temurun, merasakan kuliner khas yang tak ada di tempat lain, serta menyaksikan lanskap yang mungkin belum pernah kamu lihat sebelumnya di media sosial.

Dalam artikel ini, kami akan membagikan beberapa rekomendasi destinasi tersembunyi di Indonesia yang sangat layak untuk masuk dalam daftar perjalananmu selanjutnya. Destinasi-destinasi ini masih alami, belum tersentuh pariwisata masif, dan menawarkan pengalaman tak terlupakan. Mulai dari pulau terpencil, danau misterius, pantai perawan, hingga pegunungan tersembunyi.

Jika kamu adalah tipe traveler yang menyukai petualangan baru dan ingin menikmati keindahan Indonesia yang lebih otentik, maka artikel ini cocok untukmu. Ayo kita mulai menjelajahi pesona-pesona tersembunyi yang menanti untuk ditemukan!

Pulau Kei, Maluku Tenggara: Permata Tersembunyi di Timur Indonesia

Pantai berpasir putih di Pulau Kei, Maluku Tenggara yang sepi dan eksotis

Pasir Putih Sehalus Bedak dan Laut Biru yang Tenang

Pulau Kei di Maluku Tenggara adalah destinasi yang luar biasa indah namun masih jarang dikunjungi wisatawan. Pulau ini terkenal dengan pantainya yang memiliki pasir sehalus bedak, air laut berwarna biru toska yang jernih, dan suasana yang sangat tenang. Salah satu pantai terbaik di sini adalah Pantai Ngurtafur, yang memiliki hamparan pasir putih memanjang ke tengah laut seperti tanjung pasir alami.

Selain keindahan alamnya, Pulau Kei juga menawarkan kehidupan budaya yang menarik. Kamu bisa berinteraksi dengan masyarakat lokal yang ramah, mengunjungi desa-desa tradisional, dan mencicipi kuliner khas Maluku seperti papeda, ikan bakar rica, dan kasbi. Jangan lewatkan juga kesempatan snorkeling atau diving, karena perairan di sekitar Kei memiliki terumbu karang yang masih sangat sehat.

Akses menuju Pulau Kei memang tidak sepraktis destinasi populer lain. Kamu harus terbang ke Ambon terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanan ke Langgur, ibu kota Maluku Tenggara. Namun justru karena akses yang belum terlalu mudah inilah, keasrian dan ketenangan Pulau Kei tetap terjaga. Cocok untuk kamu yang benar-benar ingin ‘kabur’ dari hiruk-pikuk kota besar.

Fasilitas wisata di Kei sudah mulai berkembang, meski belum sebanyak di Bali atau Lombok. Beberapa homestay dan penginapan kecil tersedia di sekitar Langgur dan Tual, serta di dekat pantai-pantai utama. Namun pengalaman menginap di sini terasa lebih personal dan autentik, karena biasanya dikelola langsung oleh keluarga lokal.

Tips: Bawa perlengkapan snorkeling sendiri, karena penyewaan masih terbatas. Gunakan sunscreen ramah lingkungan untuk menjaga ekosistem laut tetap sehat. Dan jangan lupa, hormati budaya dan adat lokal selama berkunjung.

Danau Kaco, Jambi: Permata Biru di Tengah Hutan

Danau Kaco yang jernih berwarna biru di tengah hutan Kerinci, Jambi

Keindahan Misterius dari Pegunungan Kerinci

Terletak di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Danau Kaco adalah danau kecil berwarna biru toska yang tersembunyi di tengah hutan lebat di Jambi. Nama “Kaco” berasal dari bahasa lokal yang berarti “kaca”, karena air danau ini sangat jernih sehingga dasar danau bisa terlihat jelas, bahkan di malam hari. Salah satu keunikan danau ini adalah kemampuannya untuk bersinar pada malam hari tanpa bantuan cahaya buatan, sebuah fenomena yang masih menjadi misteri hingga kini.

Untuk mencapai Danau Kaco, kamu perlu melakukan trekking selama 3-4 jam dari Desa Lempur. Perjalanan ini akan membawamu melewati hutan tropis, sungai kecil, dan jalur tanah yang cukup menantang. Tapi sesampainya di lokasi, semua lelah akan terbayar dengan pemandangan yang luar biasa indah dan suasana yang sunyi. Biasanya, pengunjung akan berkemah di tepi danau sambil menikmati ketenangan malam di tengah alam liar.

Danau Kaco tidak terlalu besar, tetapi justru itu yang membuatnya terasa lebih eksklusif. Tidak ada warung, toilet umum, atau bangunan permanen di sekitar danau. Jadi semua kebutuhan harus dibawa sendiri dari titik awal. Airnya dingin dan menyegarkan, dan kamu bisa berenang jika ingin, meskipun tidak disarankan menyelam terlalu dalam karena danau memiliki kedalaman yang belum pernah terukur secara pasti.

Masyarakat sekitar meyakini bahwa Danau Kaco adalah tempat yang sakral, dan banyak cerita legenda yang menyelimuti danau ini. Salah satu cerita yang terkenal adalah tentang Putri Napal Melintang yang konon disembunyikan di danau tersebut oleh ayahnya karena tidak ingin dinikahi oleh pangeran asing. Kepercayaan lokal ini menambah nuansa mistis dan keunikan budaya dari destinasi tersembunyi ini.

Tips: Gunakan sepatu trekking anti slip dan bawa jas hujan karena cuaca di hutan bisa berubah drastis. Jangan meninggalkan sampah dan hindari penggunaan sabun/produk kimia di danau. Hargai aturan adat yang berlaku di kawasan tersebut.

Pulau Widi, Halmahera Selatan: Surga Tak Berpenghuni di Timur Indonesia

Gugusan Pulau Widi dari atas dengan laut biru jernih dan pasir putih alami

Gugusan Pulau Tropis yang Jarang Terjamah

Pulau Widi adalah salah satu destinasi paling eksotis dan terpencil di Indonesia. Terletak di Halmahera Selatan, Maluku Utara, kawasan ini sebenarnya terdiri dari lebih dari 90 pulau kecil yang belum dihuni manusia. Perairan di sekitarnya sangat jernih dengan gradasi warna biru yang luar biasa. Hamparan pasir putih, hutan bakau, dan keanekaragaman hayati laut menjadikan Widi sebagai surganya pecinta alam dan penyelam.

Pulau ini begitu jarang dikunjungi sehingga sering dijuluki sebagai “Maldives-nya Indonesia” yang belum terekspos. Karena lokasinya yang cukup terpencil, pengunjung harus melalui perjalanan udara ke Ternate atau Labuha, lalu dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan kapal. Fasilitas di pulau-pulau ini masih sangat terbatas, bahkan bisa dikatakan alami dan belum tersentuh pariwisata sama sekali.

Bagi yang ingin benar-benar merasakan pengalaman back to nature, Pulau Widi adalah destinasi impian. Kamu bisa mendirikan tenda di pulau kosong, menjelajahi pulau tak berpenghuni, snorkeling bersama ikan warna-warni, atau hanya bersantai di bawah pohon kelapa sambil mendengar debur ombak. Tak ada sinyal, tak ada gangguan digital, hanya kamu dan alam.

Kawasan Pulau Widi juga menjadi bagian dari konservasi ekosistem laut yang dilindungi. Oleh karena itu, wisatawan wajib menjaga kebersihan dan mematuhi aturan lingkungan saat berkunjung. Beberapa operator lokal dan komunitas diving sudah mulai membuka tur terbatas untuk wisatawan minat khusus, dengan konsep eco-tourism berkelanjutan.

Tips: Bawa powerbank, tenda, makanan, dan air bersih sendiri karena tidak ada fasilitas umum. Gunakan jasa tour operator terpercaya yang berlisensi konservasi. Ideal untuk liburan off-grid dan foto-foto Instagram yang eksklusif.

Desa Wae Rebo, Flores: Kampung di Atas Awan

Desa adat Wae Rebo yang dikelilingi kabut dan perbukitan hijau di Flores

Warisan Budaya dan Alam yang Terpelihara

Wae Rebo adalah sebuah desa adat di pegunungan Flores, Nusa Tenggara Timur, yang dikenal sebagai “kampung di atas awan”. Desa ini terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut dan hanya dapat dicapai dengan trekking selama 3–4 jam dari desa Denge. Keunikan Wae Rebo terletak pada rumah adatnya yang disebut “Mbaru Niang”—rumah berbentuk kerucut dengan atap ilalang yang eksotis.

Hanya ada tujuh rumah adat di Wae Rebo, dan semuanya dihuni oleh keluarga yang telah tinggal secara turun-temurun. Suasana di sini sangat tenang, damai, dan penuh nuansa mistis. Pagi hari biasanya diselimuti kabut tebal yang membuat desa tampak melayang di atas awan. Selain pemandangan yang menakjubkan, kamu akan disambut oleh keramahan masyarakat lokal yang hidup dalam kesederhanaan namun kaya akan budaya.

Wae Rebo telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia karena keberhasilannya mempertahankan nilai-nilai tradisi leluhur. Wisatawan yang datang tidak hanya berlibur, tapi juga belajar tentang kehidupan masyarakat adat, filosofi hidup komunal, serta seni tenun dan ritual adat yang masih lestari hingga kini.

Meski sederhana, desa ini menerima tamu yang ingin bermalam di dalam Mbaru Niang. Pengalaman menginap di sini tidak akan terlupakan—kamu akan tidur beralaskan tikar dan selimut wol tebal, tanpa sinyal internet, ditemani bunyi serangga malam dan suara alam pegunungan. Makanan yang disajikan pun sangat autentik, biasanya berupa nasi, sayur hasil ladang, dan kopi lokal Flores yang nikmat.

Tips: Persiapkan fisik untuk trekking dan bawa baju hangat. Jaga etika selama di desa: jangan membuang sampah sembarangan, berbicara keras, atau mengambil foto tanpa izin. Disarankan membawa oleh-oleh kecil seperti buku atau mainan edukatif untuk anak-anak desa.

Air Terjun Moramo, Sulawesi Tenggara: Bertingkat Indah seperti Taman Surga

Air Terjun Moramo bertingkat alami di hutan Sulawesi Tenggara dengan batu putih eksotis

Air Terjun Bertingkat Paling Unik di Indonesia

Terletak di kawasan hutan Suaka Alam Tanjung Peropa, Air Terjun Moramo adalah destinasi alam yang unik dan masih jarang diketahui oleh wisatawan. Air terjun ini memiliki struktur bertingkat-tingkat alami sebanyak tujuh tingkatan utama dan puluhan tingkatan kecil. Aliran air yang mengalir di atas batu kapur putih menciptakan pemandangan yang sangat indah dan mempesona, seolah kamu sedang berada di taman surga.

Air Terjun Moramo tidak hanya indah, tetapi juga aman untuk dijelajahi. Karena bebatuan kapurnya tidak licin, pengunjung bisa memanjat atau duduk-duduk di atasnya sambil menikmati gemericik air. Banyak juga yang berenang di kolam alami yang terbentuk di bawah air terjun. Suasana hutan di sekitarnya menambah kesegaran, lengkap dengan suara burung dan pepohonan tropis yang rindang.

Untuk mencapai lokasi, kamu bisa berkendara dari Kendari sekitar 2 jam menuju kawasan Tanjung Peropa, lalu berjalan kaki sejauh ±1 kilometer melalui jalur setapak hutan. Jalannya cukup mudah diakses dan sudah dilengkapi papan penunjuk, meskipun tetap disarankan untuk datang bersama penduduk lokal atau pemandu wisata.

Keindahan Air Terjun Moramo belum banyak terekspos karena kurangnya promosi. Namun justru itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para petualang yang ingin merasakan tempat yang masih asri dan tidak ramai. Tidak ada kios atau fasilitas komersial di area air terjun, jadi jangan lupa membawa makanan ringan dan minuman sendiri, serta selalu bawa kembali sampah.

Tips: Waktu terbaik berkunjung adalah pagi hari saat udara masih segar dan cahaya matahari menembus rimbunnya pepohonan. Gunakan alas kaki anti slip, dan pastikan kamera siap karena setiap sudut air terjun ini sangat Instagrammable!

Goa Hawang, Maluku Tenggara: Misteri di Balik Keindahan Bawah Tanah

Goa Hawang dengan kolam air jernih dan bebatuan eksotis di Maluku Tenggara

Eksotisme Gua dengan Legenda Mistis

Goa Hawang adalah salah satu destinasi tersembunyi di Maluku Tenggara yang penuh pesona dan misteri. Terletak sekitar 15 kilometer dari Kota Tual, gua ini terkenal dengan kolam air biru jernih di dalamnya yang bisa digunakan untuk berenang. Kata “Hawang” dalam bahasa lokal berarti roh atau hantu, mengacu pada cerita rakyat yang mengatakan bahwa tempat ini dihuni oleh makhluk gaib. Meski demikian, daya tariknya justru terletak pada perpaduan keindahan alami dan atmosfer mistis yang mengundang rasa penasaran.

Di dalam gua, kamu akan menemukan stalaktit dan stalagmit yang membentuk ornamen alami menakjubkan. Cahaya yang masuk dari celah gua memantul di permukaan air, menciptakan kilauan seperti kristal. Airnya sangat jernih dan dingin, membuat siapa pun yang berenang di dalamnya merasa segar dan relaks. Tak heran jika Goa Hawang mulai diminati oleh wisatawan petualang dan fotografer alam.

Akses menuju Goa Hawang relatif mudah. Dari pusat Kota Tual, kamu hanya perlu berkendara sekitar 30 menit. Jalan menuju lokasi sudah beraspal, dan terdapat tempat parkir serta papan petunjuk. Meskipun fasilitas pendukung belum terlalu lengkap, keindahan alaminya membuat tempat ini layak dikunjungi. Jika kamu ingin mengunjungi tempat wisata yang anti-mainstream di Maluku, Goa Hawang adalah pilihan sempurna.

Penduduk sekitar sangat menjaga kebersihan dan kesakralan gua ini. Mereka percaya bahwa tempat tersebut harus dihormati dan tidak boleh dirusak. Oleh karena itu, wisatawan diimbau untuk tidak membuat kebisingan berlebihan, membuang sampah sembarangan, atau bersikap tidak sopan. Menghormati nilai-nilai lokal adalah kunci untuk menikmati pengalaman wisata budaya yang autentik.

Tips: Bawalah senter atau lampu kepala jika ingin menjelajah bagian dalam gua yang lebih gelap. Gunakan alas kaki tahan air dan baju ganti jika ingin berenang. Jangan menyentuh stalaktit karena sangat rapuh dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terbentuk.

Pantai Biawak, Indramayu: Surga Tersembunyi di Pesisir Jawa Barat

Pantai Biawak dengan pasir putih dan mercusuar tua di tengah pulau terpencil di Indramayu

Eksplorasi Alam Liar dan Sejarah Bahari

Pantai Biawak merupakan destinasi yang unik dan masih jarang dikunjungi, terletak di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Nama pulau ini berasal dari populasi biawak (varanus salvator) yang hidup bebas di sana. Meskipun terdengar menyeramkan, sebenarnya reptil ini tidak agresif jika tidak diganggu. Justru, kehadiran mereka menambah nuansa liar dan eksotis di pulau yang memiliki pantai berpasir putih, air jernih, serta mercusuar tua peninggalan Belanda.

Untuk mencapai pulau ini, kamu harus menyeberang dengan perahu dari Pantai Tirtamaya selama sekitar 2–3 jam tergantung kondisi laut. Karena aksesnya tidak mudah, jumlah wisatawan yang datang ke sini sangat sedikit. Hal inilah yang menjadikan suasana Pantai Biawak sangat tenang, ideal untuk healing, berkemah, atau sekadar menikmati alam tanpa gangguan keramaian.

Salah satu daya tarik utama pulau ini adalah mercusuar setinggi 65 meter yang dibangun pada masa kolonial. Kamu bisa menaiki tangga spiral di dalamnya untuk menikmati panorama laut lepas dari ketinggian. Selain itu, kamu juga bisa snorkeling di sekitar dermaga yang memiliki terumbu karang cukup baik, meskipun belum sepenuhnya terkelola dengan profesional.

Karena belum ada fasilitas penginapan atau warung makanan, wisatawan biasanya membawa tenda dan logistik sendiri. Hal ini justru menciptakan suasana petualangan yang lebih seru. Aktivitas seperti memancing, fotografi alam, dan eksplorasi hutan bakau juga bisa dilakukan di sini.

Tips: Hubungi nelayan atau operator wisata lokal untuk menyewa kapal dan pastikan cuaca mendukung sebelum berangkat. Bawa bekal dan air bersih yang cukup, serta pastikan untuk kembali ke daratan sebelum gelap demi keamanan.

Pantai Mbawana, Sumba Barat Daya: Gerbang Batu yang Megah di Ujung Timur

Pantai Mbawana dengan lengkungan batu alami di tepi pantai pasir putih Sumba

Pesona Alam Liar dan Romantis di Sumba

Pantai Mbawana adalah salah satu pantai paling fotogenik di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Pantai ini terkenal dengan formasi batu alami berbentuk lengkungan (arch) raksasa yang menjulang di tepi pantai. Pemandangan ini sering dijuluki “gerbang megah menuju surga” oleh para wisatawan yang pernah mengunjunginya. Pasir putih halus, ombak biru yang menghantam karang, serta tebing tinggi di sekelilingnya menciptakan suasana dramatis dan magis, cocok untuk fotografi maupun refleksi diri.

Pantai ini masih belum ramai karena lokasinya cukup jauh dari pusat kota dan akses jalannya masih berupa jalan tanah berbatu. Tapi bagi para petualang sejati, tantangan menuju Mbawana adalah bagian dari pengalaman. Kamu harus menuruni tebing curam melalui jalan setapak untuk mencapai bibir pantai. Namun begitu tiba di bawah, panorama yang menanti sungguh luar biasa.

Saat air laut surut, kamu bisa berjalan mendekati lengkungan batu dan berpose dengan latar matahari terbenam. Kombinasi cahaya senja dan formasi batu akan menciptakan siluet yang sangat artistik. Namun saat pasang, area ini bisa tertutup ombak, jadi penting untuk memperhatikan waktu kunjungan agar aman dan optimal.

Pantai Mbawana tidak memiliki fasilitas wisata seperti toilet, warung, atau penginapan di dekatnya. Oleh karena itu, wisatawan disarankan untuk datang bersama pemandu lokal dan membawa perlengkapan pribadi. Biasanya, pengunjung menginap di kota Tambolaka atau di daerah Waikabubak yang memiliki beberapa hotel dan homestay.

Tips: Gunakan alas kaki yang kuat dan nyaman untuk turun ke pantai. Bawa air minum, topi, dan kamera. Hindari membuang sampah dan patuhi peraturan lokal agar keindahan alam ini tetap lestari untuk generasi berikutnya.

Danau Sentani, Papua: Surga di Kaki Pegunungan Cyclops

Danau Sentani di Papua dengan perahu tradisional dan rumah panggung di tepian danau

Paduan Alam, Tradisi, dan Festival Budaya

Danau Sentani terletak di bawah lereng Pegunungan Cyclops, tidak jauh dari Kota Jayapura, Papua. Danau ini adalah yang terbesar di Papua dengan luas sekitar 9.000 hektar dan dikelilingi oleh 21 pulau kecil yang dihuni oleh masyarakat adat. Keindahan alamnya yang tenang berpadu harmonis dengan kearifan lokal dan tradisi suku Sentani yang masih sangat kuat.

Pemandangan di sekitar danau sungguh memikat: air tenang yang memantulkan langit biru, perahu-perahu tradisional yang melintas, serta rumah-rumah panggung yang berdiri anggun di atas air. Di pagi hari, kabut tipis sering menyelimuti permukaan danau, menciptakan kesan mistis dan romantis yang tidak ditemukan di tempat lain.

Selain panorama alam, daya tarik utama Danau Sentani adalah kehidupan budaya masyarakatnya. Suku Sentani memiliki tradisi ukir kayu, tarian adat, serta upacara adat yang berlangsung sepanjang tahun. Setiap bulan Juni, Festival Danau Sentani diadakan sebagai perayaan budaya lokal yang menghadirkan pertunjukan tari, lomba perahu hias, dan pameran kerajinan tangan. Acara ini menjadi kesempatan emas untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya Papua.

Wisatawan dapat menyewa perahu untuk menjelajahi pulau-pulau kecil di danau, seperti Pulau Asei dan Pulau Ayapo yang terkenal dengan seni lukis kulit kayunya. Beberapa homestay sederhana juga tersedia di sekitar danau, dikelola langsung oleh masyarakat lokal yang ramah dan terbuka terhadap pengunjung.

Tips: Hormati budaya dan tradisi lokal, termasuk tidak mengambil gambar orang tanpa izin. Jika ingin mengunjungi saat festival, rencanakan jauh-jauh hari karena akomodasi cepat penuh. Jangan lupa mencicipi ikan gabus bakar khas Sentani yang lezat!

Penutup: Menjelajah Lebih Dalam, Menemukan yang Tak Terduga

Indonesia Lebih Luas dari yang Kita Kira

Indonesia tidak hanya tentang Bali, Yogyakarta, atau Jakarta. Di balik ketenaran destinasi mainstream, tersimpan harta karun alam dan budaya yang belum banyak dijamah oleh wisatawan. Dari pulau terpencil di Halmahera hingga danau tersembunyi di Jambi, dari gua penuh legenda di Maluku hingga pantai megah di Sumba—semua menawarkan pengalaman yang otentik, menyentuh hati, dan memperkaya jiwa.

Menjelajahi destinasi tersembunyi bukan hanya soal mencari keindahan alam, tapi juga tentang membangun koneksi dengan masyarakat lokal, belajar tentang kearifan tradisional, serta turut menjaga kelestarian lingkungan. Dalam perjalanan seperti ini, kita bukan sekadar turis—kita adalah bagian dari cerita. Kita adalah saksi keunikan Indonesia yang belum terungkap secara luas.

Tentu saja, menjangkau tempat-tempat ini memerlukan lebih banyak usaha, waktu, dan persiapan. Tapi justru itulah nilai lebihnya. Setiap langkah yang diambil menuju tempat terpencil akan dihadiahi oleh pemandangan luar biasa, cerita tak terlupakan, dan perasaan damai yang sulit ditemukan di destinasi komersial. Dan ketika kamu kembali, kamu tidak hanya membawa foto, tapi juga perspektif baru tentang makna perjalanan.

Maka dari itu, mari perluas cakrawala liburan kita. Jangan hanya terpaku pada peta wisata populer. Cobalah menengok ke arah yang belum banyak dilirik. Siapa tahu, tempat impianmu bukanlah tempat yang dipromosikan di iklan, tapi justru yang tersembunyi di sudut negeri yang sunyi.

Sudahkah kamu mengunjungi salah satu dari destinasi tersembunyi ini? Atau kamu punya rekomendasi tempat lain yang tak kalah memukau? Bagikan pengalamanmu di kolom komentar dan bantu teman-teman kita menemukan sisi lain Indonesia. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini ke media sosial jika menurutmu informasi ini bermanfaat. Selamat menjelajah Indonesia yang sesungguhnya!

Post a Comment